Wednesday, April 18, 2012

SEDARKAH KITA TIGA BULAN LAGI RAMADHAN? (Siri 1)

Waktu terus berlalu. Hari demi hari, silih berganti. Tanpa sedar, kita telah sampai ke hari ini. Kesibukan dan aktiviti kita yang menumpuk telah membuat kita 'kehilangan kesedaran'. Ya, kesedaran tentang waktu, di mana kita sedang berada dan waktu yang akan kita hadapi.

Hari ini, waktu yang terus berlalu itu hampir menyempurnakan kembali pusingan satu tahunnya. Rasanya, belum terlalu lama kita bersama dengan bulan Ramadhan; melakukan berbagai aktiviti ibadah di dalamnya... Kemudian Ramadhan pergi, Syawal hadir. Setelah itu kita mulai menjalani rutin hidup kita, sibuk dengan kerja, keluarga dan aktiviti seharian. Tiba-tiba, tiga bulan lagi Ramadhan bulan suci nan mulia itu akan kembali bertamu. Muhasabah diri, ternyata tidak banyak yang berubah dalam diri kita setelah menjalani madrasah Ramadhan tahun lalu. Bahkan, mungkin kita masih sama seperti dulu; miskin ibadah, bakhil kebaikan dan punya amal di tahap minima.

Sekarang ini, kesedaran kita sedang diketuk, diingatkan akan kian dekatnya bulan Ramadhan di tengah ketidakberdayaan kita menakluk tuntutan duniawi. Sebab mungkin kita punya hutang puasa yang belum dibayar atau barangkali kita punya prestasi ibadah yang sangat kurang di bulan itu dan kita punya azam untuk memperbaikinya. Tetapi selain itu, sebenarnya ada banyak alasan mengapa kesedaran itu harus kita bangunkan lebih awal.

KESEMPATAN UNTUK 'MEMINTA'
Di riwayatkan dari Anak bin Malik ra, bahawasanya Rasulullah saw setelah memasuki bulan Rejab beliau berdoa, "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rejab dan Sya'ban dan sampaikan umur kami di bulan Ramadhan." (HR Ahmad dan Thabrani)

Riwayat di atas, memberi isyarat bahawa memohon pertemuan dengan kedatangan Ramadhan dilakukan jauh hari sebelumnya; minima dua bulan dari Rejab hingga Sya'ban. Meskipun hadis ini tidak dapat dijadikan landasan kerana kedudukannya yang di dhaifkan oleh sebahagian ahli hadis, akan tetapi tidak ada salahnya merangkai doa-doa kita dengan doa tersebut, jika memang kita sangat berharap agar Allah swt berkenan mengabulkan impian kita bertemu dengan bulan suci itu. Sebab berdoa bukanlah ibadah mahdhah yang sepenuhnya harus mengikuti lafaz dari Rasulullah saw. Tidak ada dosa berdoa dengan menggunakan bahasa kita sendiri kerana Allah swt Maha Mendengar dan Maha Mengetahui apa sahaja yang kita ucapkan. Tetapi melantunkannya dalam bahasa Arab adalah lebih afdhal. 

Doa yang paling dicintai Allah swt adalah doa yang terus menerus dipanjatkan dalam waktu yang lama tanpa henti. Allah sangat suka mendengar hamba Nya mengulang-ngulangi permintaannya. Tetapi doa bukan sekadar waktu yang lama, bukan pula hanya mengulang-ulang permintaan. Namun kita perlu hal yang lain, iaitu hati yang bersih dan keyakinan akan terkabulnya doa.

Ketika masyarakat Basrah sedang dilanda kemelut sosial, Ibrahim bin Adham rahimahullah, ulama berpengaruh ketika itu berkunjung ke negeri mereka. Masyarakat Basrah pun mengadukan nasib kepadanya, "Wahai Abu Ishak, Allah berfirman dalam Al Qur'an agar kami berdoa. Kami warga Basrah telah bertahun-tahun berdoa, tetapi mengapakah doa kami tidak dimakbulkan Allah?"

Ibrahim bin Adhan pun menjawab, "Wahai penduduk Basrah itu adalah kerana hati kalian telah mati dalam sepuluh perkara. Bagaimana mungkin doa kalian dikabulkan Allah kalau kalian mengakui kekuasaan Allah tetapi kalian tidak memenuhi hak-hak Nya. Setiap hari kalian membaca Al Quran tetapi kalian tidak mengamalkan isinya. Kalian selalu mengaku cinta kepada Rasul, tetapi kalian meninggalkan perilaku dan sunnah-sunnahnya. Setiap hari kalian membaca ta'awudz, berlindung kepada Allah dari syaitan yang kalian sebut sebagai musuh, tetapi setiap hari pula kalian memberinya makan dan mengikuti langkahnya. Kalian selalu mengatakan ingin masuk syurga tetapi perbuatan kalian justru bertentangan dengan keinginan itu. Katanya kalian takut masuk neraka tetapi kalian justru mencampakkan diri sendiri ke dalamnya. Kalian mengakui bahawa maut adalah keniscayaan tetapi ternyata kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kalian sibuk mencari-cari kesalahan orang lain tetapi terhadap kesalahan sendiri kalian tidak mampu melihatnya. Setiap saat kalian menikmati kurniaan Allah tetapi kalian lupa mensyukurinya.  Kalian sering menguburkan jenazah tetapi kalian tidak dapat mengambil pelajaran dari peristiwa itu."

Terakhir dia mengatakan, "Wahai penduduk Basrah, ingatlah sabda Nabi, "Berdoalah keapada Allah tetapi kalian harus yakin akan dikabulkan. Hanya saja kalian harus tahu bahawa Allah tidak berkenan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main."


Kita harus sedar bahawa kelalaian kita terlalu banyak. Kesibukan kita terlalu beragam.  Kadang satu bulan waktu kita berlalu begitu sahaja tanpa terasa, kerana kesibukan kita. Maka menyedarkan diri kita lebih awal akan datangnya Ramadhan adalah merupakan suatu pengharapan dan persediaan dalam diri kita.

Sementara Ramadhan masih ada tiga bulan lagi, kita masih punya kesempatan untuk memperbanyakkan doa, membersihkan hati, menyucikan jiwa dan meluruskan niat agar doa kita diterima Allah swt.  Mudah-mudahan doa kita yang sekarang, membawa kita untuk menyaksikan kembali terbitnya hilal sebagai petanda masuknya bulan Ramadhan lalu melanjutkan doa kita dengan, "Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini hilal yang membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta taufiq kepada segala hal yang dicintai dan diridhai Rabb kami. Rabb kami dan Rabb adalah Allah." (HR Ahmad dan Ad Darimi).

Dan Doa, "Ya Allah, selamatkan aku untuk Ramadhan dan selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan dia sebagai amal yang diterima untuk ku." (HR Thabrani dan Dailami)

PERSIAPAN YANG LEBIH MATANG AKAN LEBIH BAIK
Jika kita meyakini keutaman dan kemuliaan Ramadhan, tentu kita akan memperlakukannya dengan sangat istimewa.  Kedatangannya akan kita sambut, layaknya seorang tamu agung, raja atau pembesar yang berkunjung ke rumah kita. Dengan penuh rasa gembira dan suka cita, lama sebelum kedatang tamu agung itu, kita tentu telah melakukan berbagai persiapan; menghias rumah, membersihkan halaman, menyiapkan masakan dari makanan-makanan yang lazat dan minuman yang segar untuk di hidangkan. Tujuannya, agar tamu agung itu merasa senang dan nyaman dengan suasana yang kita ciptakan dan merasa dihormati.

Ramadhan adalah tamu agung. Lebih agung dari seorang Raja, mahupun mana-mana pembesar atau dif kehormat dan kerana itu persiapan yang harus kita lakukan juga harus lebih awal, lebih baik, lebih matang, melebihi persiapan kita untuk tamu-tamu kita yang lain.  

Namun begitu, persiapan kita tentu sahaja berbeza, kerana Ramadhan adalah tamu yang tidak 'berwujud'. Menyiapkan hati dan jiwa menjelang kedatangannya itulah yang harus kita lakukan. Persiapan itu adalah dengan cara membersihkan diri, mendekati Allah, menyesali segala perbuatan yang melanggar perintah Nya dan bertekad untuk konsisten dalam melakukan ketaatan kepada Nya. Selain ketaatan dalam ibadah, ada persiapan lain, iaitu memperbaiki hubungan sesama manusia. Hubungan kita dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Hubungan kita dengan suami/isteri, anak-anak,  ibubapa, saudara mara, jiran tetangga, teman-teman dan orang-orang yang kita kenal. Jangan kita mendekati Ramadhan dengan membawa permusuhan. Bersihkanlah diri kita dari hasad, dengki, fitnah, mencela atau menyakiti hari orang lain kerana pahala kebaikan kita akan ditangguhkan sampai orang yang tersakiti itu mahu memaafkan kesalahan kita.  

Yang mesti kita lakukan adalah menebar cinta, kasih dan kebahagiaan di hati orang-orang yang ada di sekitar kita dan mengajak orang lain untuk mempersiapkan diri manghadapi Ramadhan dengan memperbayakkan melakukan amal kebaikan

Makna persiapan ini, sesungguhnya bukan hanya untuk Ramadhan, kerana kita memang harus selalu bersiap, membekali diri dengan banyak amal, kerana kita tidak pernah tahu bila ajal akan menjemput. Ramadhan adalah tamu agung yang akan membuka kesempatan luas untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, tapi apakah Ramadhan akan bertemu kembali dengan kita atau tidak, kita tidak pernah tahu. Maka persiapan kita untuk hari-hari esok sesungguhnya harus selalu dilakukan pada bila-bila masa sahaja, bukan hanya dalam tiga bulan ini. Seterusnya, seterusnya dan seterusnya kerana semakin matang persiapan kita, akan semakin baik buat diri kita.

Bersambung Siri 2
Sumber: Tarbawi Edisi 180
Foto: Google

About

My photo
Ukhuwah Teras Kegemilangan

Tuliskan sebarang pertanyaan/ kemusykilan/ masalah anda di sini:

Nama:
Emel:
Soalan Anda:

Get your own free form like this one.