Monday, July 18, 2011

9 PRINSIP DAKWAH DALAM SURAH YASIN

Dakwah di jalan Allah adalah sebuah pekerjaan mulia yang memiliki prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Titah (Allah SWT) agar perjalanan dakwah yang kita lakukan tepat sasaran dan tidak terjebak pada kepentingan sesaat (Pragmatisme). Oleh kerananya arahan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dapat dijadikan sebagai batu asas yang kukuh bagi para kader dakwah untuk menjayakan langkah-langkah dakwahnya.

وَجَاء مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ
36.20. Dan datanglah dari hujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas dia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".
اتَّبِعُوا مَن لاَّ يَسْأَلُكُمْ أَجْراً وَهُم مُّهْتَدُونَ
36.21. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Didalam surat Yasin ayat 20 dan 21 terdapat 9 point tersirat tentang prinsip-prinsip dakwah tersebut :
1. Wa Jaa-a’ (Dan Datanglah)
Satu kewajiban bagi seorang Da’i untuk datang (berdakwah), datang menuju tempat-tempat yang memiliki peluang untuk berdakwah, datang kerana panggilan keimanan saat melihat kemungkaran bermaharajalela, pada bila-bila masa dan dimana-mana jua. Tekad yang selalu tertanam dalam jiwa mereka bahwa kedatangan (kehadiran) mereka adalah untuk melakukan perubahan terhadap berbagai bentuk kebatilan (Kemungkaran).

Dalam Surat Al-Isra : 81 Allah berfiman :وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقاً 17.81. Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan juga dalam Surat Saba: 49 Allah berfiman :قُلْ جَاء الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ 34.49. Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi ". Jika seorang da'i datang/tinggal di suatu tempat maka sudah menjadi kewajiban moral baginya untuk menjadi Agent of Change (Agen Perubahan) ditempat tersebut.


2. Min Aqsol Madinah (Dari ujung Kota)
Menggambarkan tentang jauhnya perjalanan yang harus ditempuh dalam melakukan dakwah, sehingga para da'i harus bertadhiyah (berkorban) waktu, tenaga dan juga harta dalam perjalanan dakwahnya. Meskipun perjalanan dakwah itu dilakukan hanya oleh segelintir orang sahaja, disebabkan perjalanan dakwah itu terasa amatlah jauh dan melelahkan, namun, walaupun jauh, seorang dai harus tetap melakukan dakwahnya tanpa mengandalkan orang lain. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat At-taubah : 42 لَوْ كَانَ عَرَضاً قَرِيباً وَسَفَراً قَاصِداً لاَّتَّبَعُوكَ وَلَـكِن بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنفُسَهُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ 9.42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperolehi dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah : "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu." Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.



3. Rajulun (Seorang laki-laki)
Allah tak menyebut status, nama, jawatan atau pangkat orang (da'i) yang dimaksud didalam ayat ini, meskipun menurut asbabunnuzul ayat bahwa laki-laki yang dimaksud adalah Habib An-nazar. Hal ini memaknai bahwa dakwah boleh dilakukan oleh siapa saja (seseorang) yang memiliki kesedaran (Al-Wa’yul Harakah) bahwa watawaa soubilhaq, watawaa soubissabr (saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran) adalah kewajiban Insan beriman. Lihat Al-Asr : إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ.. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 103.3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.



4. Yas’a (Bergegas-Gegas)
Berdakwah dengan penuh kesungguhan (Jiddiyatud Dakwah), tidak berlambat-lambat, atau berlengah-lengah terhadap agenda dakwah yang telah ditetapkan, atau dengan selambanya kita berpangku tangan ketika melihat yang lain sibuk dan bergegas. Allah berfirman dalam Surat Al-Mu’minun Ayat 61أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. Namun harus juga dibezakan antara bergegas/segera dengan terburu-buru (Isti’jal). Bergegas adalah gerak cepat, tepat dan accurate (terencana) sedangkan Isti’jal adalah tergesa-gesa tanpa perencanaan, yang tentunya hasilnya akan berbeza.


5. Qoola (Ia Berkata)
Berkata dalam pengertian berupaya menyampaikan dakwah dengan lisan (kata-kata) disetiap ada kesempatan berbicara (pandai memanfaatkan momen).. Sehingga setiap Da’i harus melatih kemampuannya di dalam menyampaikan dakwah melalui kata-kata, sebagaimana Nabi Musa yang menginginkan memiliki kemampuan dakwah melalui kata-kata (Orator). Hal ini dapat di lihat dari Do’a yang dipanjatkannya kepada Allah Azzawajalla. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Thaha : 27-28وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي 20.27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,يَفْقَهُوا قَوْلِي 20.28. supaya mereka mengerti perkataanku.


6. Yaa-Qoumi (hai kaumku)
Adalah Audiens dakwah (Mad’u) yang jumlahnya banyak dan bertebaran dimana–mana (yang belum tergarap), setiap orang yang jauh dari hidayah Allah itulah sasaran dakwah kita untuk kita dekatkan mereka kepada Rabbnya. Didalam Al qur’an Surat Almu’min : 38 Allah berfirman :وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ 40.38. Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.


7. Ittabi’ul Mursaliin (Ikutilah Utusan-Utusan Itu)
Muatan dakwah yang mengajak Manusia agar menjadi pengikut Allah dan Rasul, bukan pengikut kita, untuk menghilangkan Kultus Individu (Figuritas). Prinsip ini menjadi begitu penting untuk diperhatikan seiring dengan maraknya majlis-majlis yang melahirkan kultus individu. Al Quran Surat Al 'Imran : 79:مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَاداً لِّي مِن دُونِ اللّهِ وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ 3.79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.


8. Ittabi’uu Manlaa yas’alukum ajro (Ikutilah orang yang tidak meminta balasan kepadamu)
Terkait dengan Shihatul Ittijah (Sihatnya Orientasi), kerana tujuan utama dakwah adalah berjualbeli dengan Allah SWT untuk mencari keredhaanNya, terlindung dari azabnya dan masuk ke dalam Syurga yang dijanjikan Nya. Dengan demikian seorang da'i harus meluruskan niat dakwahnya hanya untuk mencari keredhaan Allah, bukan untuk tujuan populariti ataupun tujuan material dll.  Allah berfirman dalam Al Quran surat As Saff ayat 10-11:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ 61.10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ 61.11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.


9. Wahum Muhtaduun (Dan Mereka adalah Orang yang Mendapat Petunjuk)
Ertinya para Da’i ilallah adalah orang –orang yang didalam dakwahnya selalu berpegang kepada manhaj yang benar (Al-Qur’an dan Sunnah) dan mereka secara berterusan (konsisten) berpegang kepadanya. Hujah-hujah yang dipergunakan adalah Qolallah wa Qoola Rasuul. FirmanNya dalam Surat An-najm ayat 4:إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى 53.4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Dalam Surat Yusuf Ayat 108 قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ 12.108. Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". 


Jika 9 Prinsip-Prinsip dakwah diatas di amalkan oleh setiap mu’min, maka tiada tempat yang sepi dari orang-orang yang berdakwah, menyeru manusia kejalan TuhanNya, semoga kita dapat melaksanakannya. 
Wallahu A’lam 


(Ustaz Muhammad Ridwan)
Sumber: Islamedia

No comments:

Post a Comment

About

My photo
Ukhuwah Teras Kegemilangan

Tuliskan sebarang pertanyaan/ kemusykilan/ masalah anda di sini:

Nama:
Emel:
Soalan Anda:

Get your own free form like this one.